Harga minyak dunia melonjak ke $61,6 per barel pada Senin (27/10), mencapai level tertinggi dalam lebih dari dua pekan terakhir. Kenaikan ini terjadi di tengah meningkatnya harapan terhadap kesepakatan dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok, yang dapat memperbaiki prospek permintaan energi global. Menteri Keuangan AS Scott Bessent mengungkapkan telah tercapai “kerangka substansial” dengan Wakil Perdana Menteri Tiongkok He Lifeng, yang akan dibahas lebih lanjut dalam pertemuan tingkat tinggi pekan ini.
Beijing melaporkan bahwa perundingan tersebut menghasilkan kesepahaman awal dalam isu ekspor, fentanyl, produk pertanian, dan tarif pengiriman. Perbaikan hubungan dua raksasa ekonomi dunia ini dinilai mampu menstabilkan pasar dan memperkuat permintaan terhadap minyak mentah, terutama untuk kebutuhan industri dan transportasi global.
Kenaikan harga minyak juga diperkuat oleh kekhawatiran terhadap pasokan Rusia. Pemerintah Amerika Serikat baru saja menjatuhkan sanksi terhadap Rosneft dan Lukoil, dua produsen utama yang menyumbang hampir setengah ekspor minyak Rusia. Langkah ini memperketat suplai global dan memberi tekanan pada pasar energi internasional.
USOIL – Technical Analysis

OPINI ANALIS TRAZE
Harga minyak WTI kembali menguat setelah memantul dari area demand $55,94–$58,42, menandakan momentum beli mulai pulih. Struktur harga di grafik 4 jam menunjukkan potensi kelanjutan tren naik menuju resistance penting di $62,42.
Jika dorongan beli berlanjut, target kenaikan berikutnya berada di $64,19–$66,43, meski area ini bisa memicu koreksi jangka pendek. Sebaliknya, penurunan di bawah $58,42 dapat membuka peluang retest ke area $55,94.
Analis melihat prospek harga minyak WTI masih positif selama harga bertahan di atas $58, dengan potensi menuju kisaran $66–$68 per barel, didorong optimisme ekonomi global dan kekhawatiran pasokan energi.
DISCLAIMER
PT Traze Andalan Futures teregulasi oleh BAPPEBTI.
Materi ini untuk referensi saja dan bukan untuk rekomendasi melakukan transaksi. Seluruh transaksi yang
diambil sepenuhnya akan menjadi tanggung jawab nasabah. Transaksi Perdagangan Berjangka Komoditi
(PBK) memiliki peluang keuntungan dan risiko kerugian yang tinggi.